“The root of happiness is altruism.” — Dalai Lama
Bahagia, sebuah kata yang tidak asing untuk kita dengar dan ucapkan. Apabila kita ditanya, apa itu bahagia? Maka masing-masing dari kita tentu punya arti bahagia yang berbeda-beda. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebahagiaan merupakan hal yang diidamkan oleh manusia. Namun, realita dunia di masa sekarang membuat kita kerap menemukan ada saja alasan yang dapat membuat manusia menjadi tidak bahagia. Contoh konkret bisa kita ambil dari isu yang menimpa masyarakat di Indonesia sejak awal tahun 2025 ini, yaitu kelangkaan tabung gas 3 kg (Bustomi, 2025). Dari satu kejadian tersebut, kita dapat menyaksikan jeritan demi jeritan putus asa, amarah, dan kesedihan. Hanya dari satu contoh, kita bisa melihat bahkan ikut merasakan salah satu pahitnya realita kehidupan di masa sekarang. Lalu, apa yang dapat kita lakukan? Yups, altruisme menjadi konsep psikologi yang dapat membantu diri kita dan sesama untuk tetap berbahagia.
Kata altruisme pertama kali diciptakan oleh seorang filsuf bernama Auguste Comte (Burton, 2012). Kata ini berasal dari bahasa Perancis yang berarti Autrui atau yang dalam bahasa Latin disebut Alteri yang memiliki arti “orang lain”. Dari artinya kita bisa menyoroti bahwa “orang lain” menjadi fokus utama pada konsep altruisme ini. Secara definisi, altruisme adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain (Stocks & Lishner, 2023). Kalau fokusnya pada orang lain, lalu apa hubungannya dengan kebahagiaan kita?
Jadi telah ada penelitian ilmiah yang memaparkan bahwa altruisme memiliki hubungan yang erat dengan kebahagiaan. Post (2005) memaparkan dalam temuannya bahwa terdapat korelasi yang kuat pada adanya perilaku altruisme pada diri seseorang dengan kebahagiaan yang dirasakan. Hal ini disebabkan altruisme menghasilkan koneksi sosial yang lebih mendalam dan positif, membantu mengalihkan kita dari masalah pribadi dan kecemasan, meningkatkan makna dan tujuan yang terkait dengan kesejahteraan baik pada diri dan sesama, serta menciptakan gaya hidup yang lebih aktif untuk melawan tekanan budaya yang dapat menimbulkan perasaan terisolasi. Dengan demikian, altruisme dapat membantu kita merasakan lebih banyak kehadiran emosi positif lewat berbuat baik dengan sesama.
Begitu juga pada penelitian Khan dan Imran (2023) di India dan Solehah dan Solichah (2021) di Indonesia yang menemukan adanya pengaruh kuat dari perilaku altruisme pada diri seseorang dalam meningkatkan kebahagiaan. Bahkan kegiatan-kegiatan yang bersifat altruisme dapat membantu seseorang untuk tetap merasakan kebahagiaan di tengah tekanan yang sedang mereka hadapi. Oleh karena itu, semakin kita berbuat baik, semakin besar juga kemungkinan bagi kita untuk merasa bahagia. Namun, dengan catatan juga bahwa perbuatan baik yang kita lakukan tetap didasarkan kesadaran dan jangan sampai membuat kita kewalahan ya. Lakukan hal baik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita. Jangan takut karena hal yang sederhana sekalipun selama tujuannya baik tentu memiliki makna yang besar baik bagi kita maupun orang lain disekitar.