Mari kita bernolstagia sedikit ke masa kecil. Kita pasti pernah ditanya, baik di dalam keluarga maupun di sekolah, ataupun orang di sekitar. Pertanyaannya adalah “Siapa pahlawanmu? Siapa yang kamu idolakan sebagai pahlawan? Who is your hero?” dan ketika saya ditanyakan hal tersebut, pada saat itu saya berkata bahwa Ayahku adalah pahlawanku, meskipun saya pun juga menyukai karakter fiksi seperti Superman, Spiderman, dan lain-lain. Alasannya sederhana, karena beliau bekerja keras demi keluarganya. Tetapi, anak-anak lain tentu punya pemikiran yang lain. Ada yang mengatakan mengidolakan tokoh pejuang kemerdekaan karena mereka membela negara dan membebaskan negara dari penjajah, mereka yang berjuang untuk kedamaian dunia, mengidolakan public figure karena kehebatannya dalam bidang tertentu dan lain sebagainya. Dahulu, kita mungkin pernah berpikir bahwa akan mengabdi kepada negara kita tercinta, tentu dengan sifat kepahlawanan yang selalu diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi zaman sekarang, apakah orang-orang memiliki sifat kepahlawanan? Apakah hanya segelintir orang yang peduli dengan pahlawan dan sifat kepahlawanan? Apakah beberapa hal yang dicontohkan di dalam negara sendiri tidak mencerminkan sifat kepahlawanan? Karena bisa jadi sekarang masyarakat cenderung individualisme akibat dari ketidakpedulian tentang kepahlawanan. Bagaimana kita mau memajukan negara jika kita sendiri tidak menerapkan kepahlawanan yang sesungguhnya? Bagaimana generasi mendatang bisa menunjukkan sifat kepahlawanan kalau dari generasi sebelumnya tidak mencontohkan yang benar? Jujur bagi saya, ini adalah sebuah masalah yang istilahnya dibiarkan. Di zaman sekarang, kemungkinan orang-orang lebih tertarik meraup keuntungan yang sebesar-besarnya daripada membantu orang yang sedang kesulitan, baik secara fisik maupun non-fisik. Ini memunculkan suatu pertanyaan, “Do we need heroes? Apakah kita butuh pahlawan agar masalah-masalah tersebut bisa diatasi?”
Apa itu pahlawan? Menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Tentu kita pastinya mengenal sejarah Indonesia di mana kita selalu diingatkan untuk mengenang para pahlawan karena merekalah yang berjuang untuk kemajuan Indonesia, kemerdekaan Indonesia, agar bebas dari penjajah, agar Bangsa Indonesia bisa mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Sebut saja seperti Soekarno, Mohammad Hatta, R.A.Kartini, Ki Hajar Dewantara, dan pahlawan lainnya. Kalau kita lihat, pahlawan dikaitkan dengan kejadian-kejadian yang besar. Sebuah pertanyaan pun muncul, yaitu apa motivasi mereka sehingga mereka berani berkorban? Berani untuk membela kebenaran? Meskipun mereka tahu bahwa di zaman itu tidak ada jaminan bahwa mereka akan selamat jika berbuat yang benar. Menurut saya, mereka memiliki adanya empati kepada orang lain. Para pejuang tersebut melihat keadaan di sekelilingnya dan tergerak untuk membantu dan memajukan sesama. Rasa empati yang tinggi itulah yang membuat para pejuang berpikir untuk bagaimana caranya membangun Indonesia, termasuk membangun rakyatnya supaya mereka bisa memiliki hidup yang lebih baik. Pahlawan pada hakikatnya bertindak secara tulus karena motivasi mereka terletak pada orang lain, untuk kepentingan bersama, bukan untuk dirinya sendiri.
Apakah pahlawan yang diidolakan pada zaman sekarang masih didominasi tokoh-tokoh pejuang zaman dahulu? Tentu di luar sana masih ada, tapi kemungkinan sedikit. Menurut survei yang diisi oleh 44 orang dengan kriteria umur 21-63 tahun, 30% mengidolakan tokoh-tokoh agama, termasuk Tuhan. 18% mengidolakan karakter fiksi, 16% mengidolakan pahlawan nasional, 12% mengidolakan orang tua dan sisanya mengidolakan tokoh lainnya seperti guru, tokoh politik dan lainnya. Pertanyaannya mengapa sekarang lebih banyak mengidolakan tokoh agama? Apakah karena ajaran yang diajarkan tokoh agama menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari untuk berbuat baik? Sebenarnya mungkin ada hubungan antara pahlawan dan agama karena pahlawan identik dengan berbuat kebaikan untuk kepentingan bersama sampai rela berkorban dan tokoh-tokoh agama, termasuk Tuhan juga mengajarkan kita untuk berbuat kebaikan sampai rela berkorban, bahkan demi seluruh umat manusia. Oleh sebab itu, cukup banyak yang menganggap tokoh agama adalah pahlawan. Di samping itu, ada yang mengidolakan karakter fiksi, pahlawan nasional dan orang tua yang bisa dibilang hampir sama dengan pemikiran zaman sebelumnya. Mari kita bergeser ke arti kata pahlawan. Apakah arti pahlawan hanya terletak pada keberanian dan pengorbanannya dalam hal-hal besar? Jawabannya adalah tidak hanya itu saja. Justru arti pahlawan telah meluas ke hal-hal yang lebih kecil, tidak hanya dari kejadian-kejadian besar. Menurut survei, 15% mengatakan demi kebenaran/kebaikan dan 15% berjuang atas sebuah tujuan. Hal tersebut masih selaras dengan arti pahlawan terdahulu. Tetapi survei juga menunjukkan 14% mengatakan arti pahlawan adalah membantu orang lain dan 14% mengatakan berkontribusi positif demi kebaikan bersama. Hal ini menujukkan bahwa arti pahlawan meluas ke hal-hal yang sederhana dan dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Berarti, apakah pahlawan ada di mana-mana? Apakah ada contoh-contoh kepahlawanan yang kita saksikan di kehidupan sehari-hari? Menurut survei, 32% mengatakan membantu orang lain merupakan contoh sifat kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari seperti memberi kursi kepada orang lain di kendaraan umum, memberi bantuan kepada orang yang kurang mampu dan berbagai tindakan membantu lainnya. Tetapi tidak hanya itu saja, kita bisa melihat contoh dari berbagai sisi. Dari sisi pekerjaan, ada dokter yang menemani dan mengobati pasien, ada psikolog yang mendengarkan dan memberikan solusi kepada kliennya, ada guru yang senantiasa terus membagikan ilmu kepada anak didiknya dan masih banyak lagi. Dari sisi kemanusiaan, kita bisa melihat di luar sana masyarakat mau ikut membantu sebagai relawan demi kebaikan bersama seperti relawan banjir, bencana dan relawan lainnya ataupun membantu dalam masalah hak asasi manusia. Tetapi tentu hal ini tidak menghilangkan arti sesungguhnya dari pahlawan bahwa mereka rela berkorban dan berjuang atas sebuah tujuan, yaitu membela kebenaran dan demi kebaikan bersama. Lalu, kita ke pertanyaan berikutnya. Apakah semangat kepahlawanan itu penting? Menurut survei, hampir semua mengatakan semangat kepahlawanan itu penting. Dari mana mereka bisa mengatakan semangat kepahlawanan itu penting? Apakah mungkin karena mereka melihat bahwa di zaman sekarang, orang di sekitarnya menjadi lebih individualisme sehingga lebih tidak peduli dengan orang lain dan hanya memikirkan diri sendiri? Ataukah ada persepsi bahwa masyarakat tidak bisa percaya dengan negara karena ujung-ujungnya adalah uang? Dan mungkin berbagai alasan lainnya. Bayangkan jika masyarakat benar-benar tidak peduli dengan kepahlawanan. Apa yang akan terjadi? Kemungkinan akan seperti yang ditakutkan oleh Ibnu Khaldun di mana ada lahir generasi yang sudah tak lagi memiliki hubungan emosional dengan negara. Generasi ini sudah acuh tak acuh terhadap kepentingan negara. Apakah negara akan bobrok atau bahkan hancur sekali pun generasi ini tak akan pernah peduli. Mereka hanya berpikir tentang dirinya dengan tidak ingin tahu bagaimana nasib bangsa dan negara. Bagi Ibnu Khaldun, apabila dalam sebuah bangsa sudah sampai pada tahap ketiga ini, maka keruntuhan sudah di ambang pintu.
Lantas, bagaimana cara kita menjaga dan mengembangkan semangat kepahlawanan? Menurut survei, 30% mengatakan bahwa caranya adalah dengan memulai perubahan dari diri sendiri. Bisa dimulai dengan mengembangkan dan mengasah diri lebih baik lagi dalam hal disiplin diri, empati dan kepedulian terhadap sesama dan berpegang teguh pada prinsip diri yang positif. Setelah itu, kita terus melakukannya dengan konsisten. Kemudian 23% mengatakan mengembangkan sikap positif yang berdampak kepada orang lain. Ini sebenarnya merupakan tahapan selanjutnya dari diri sendiri. Memang bukanlah hal yang mudah dalam berkomitmen untuk konsisten menerapkan semangat kepahlawanan setiap saat, tetapi berusahalah untuk terus melakukan hal baik dari dalam diri sendiri. Hal ini akan menumbuhkan rasa kepahlawanan dalam diri kita, yang kemudian kita tergerak untuk menolong sesama kita yang membutuhkan pertolongan dan juga memberikan pengaruh kepada orang lain untuk berbuat hal yang baik. Perlu diingat bahwa hal seperti ini bukanlah ajang untuk pamer dan show off yang terkesan fana, bukan juga untuk supaya dikenal semua orang. Tetapi, ini benar-benar harus tulus dari dalam hati supaya rasa kepahlawanan itu muncul dalam diri sendiri. Jadi sifat kepahlawanan dari dulu sampai sekarang kurang lebih masih sama, yaitu memiliki rasa empati yang tinggi sehingga inilah yang harus kita jaga di Negara Indonesia ini. Itu sebabnya kita masih butuh adanya pahlawan yang menjaga keutuhan dan kemajemukan bangsa, supaya tetap bersatu, saling menjaga satu sama lain dan saling membantu satu sama lain untuk kepentingan bersama, yaitu untuk Indonesia. Terakhir, saya mau mengakhiri refleksi ini dengan mengambil kata-kata dari Presiden Amerika ke-35 John F. Kennedy, “Jangan tanya apa yang negara Anda bisa lakukan untuk Anda; tanyakan apa yang bisa Anda lakukan untuk negara.” Jadi untuk menjadi pahlawan dan mengembangkan sifat kepahlawanan, bisa dimulai dari diri sendiri, yang kemudian setialah terhadap prosesnya satu demi satu, di mana akhirnya kita dipercayai untuk hal yang besar dalam membantu orang lain dan memberikan yang terbaik untuk sesama dan negara. Pahlawan tidak hanya orang-orang dari kisah sejarah Indonesia saja, tetapi kita sendiri dan semua orang bisa menjadi Pahlawan untuk Indonesia. Selamat Hari Pahlawan!