Riset Kuantitatif dan Kualitatif

Semua basis pengetahuan dimulai dari riset. Baik itu sains, sosial, ekonomi bisnis, dan hal-hal lainnya. Riset adalah fondasi dari .Walau terdengar sulit, mari kita coba sederhanakan apa itu riset. Secara singkatnya, riset adalah proses mencari tahu kebenaran atau mendekati kebenaran. Kita ingin mengetahui penjelasan mengapa kita bermimpi? Ingin mengetahui bagaimana cara kerja otak? Atau memprediksi perilaku anak dalam kelas? Itu semua diperlukan riset dan penelitian, dan kalian mungkin sudah gunakan aspek ini dalam kehidupan sehari-hari. Hal sesederhana meng-googling sesuatu itu sudah bisa disebut “meriset” sesuatu. Tentunya riset sains jauh lebih kompleks dan bervariasi. Setiap bentuk riset ada kegunaan dan fungsinya masing-masing, namun kali ini kita akan membahas 2 bentuk riset yang mendasar: Kuantitatif dan kualitatif. Mari kita bedah satu-satu. 

Angka mungkin bukan hal pertama yang tersirat dalam pikiran saat mendengar kata “Psikologi”, namun cukup mengejutkan betapa fundamentalnya riset kuantitatif dalam psikologi terutama di era modern ini. Dari tes-tes kepribadian dan kecerdasan atau IQ, sampai tes fisiologi seperti PET scans dan ritme otak, hal-hal tersebut tidak bisa dibuat tanpa adanya riset kuantitatif (Howitt & Cramer, 2011). Kuantitatif, seperti namanya, berpusat pada kuantitas data dan informasi yang didapatkan, biasa dalam bentuk angka. Tujuan dari riset kuantitatif adalah untuk mencari penjelasan dari sebuah fenomena secara general, yang memerlukan pengambilan dan analisis data berdasarkan logika dengan basis mengetes sebuah teori (Ghanad, 2023). Riset kuantitatif dikarakteristikkan dengan memilih untuk menjelaskan sebuah permasalahan berdasarkan pola dan analisis statistik untuk menjelaskan mengapa sesuatu terjadi, bagaimana perbedaan dan persamaan dari respon sebuah populasi dalam permasalahan, dan bagaimana satu aspek, atau variabel, mempengaruhi variabel lain (Ghanad, 2023). Dengan begitu, penggunaan alat seperti kuisioner dan survey dengan skala akan sangat sering dilihat dalam riset kuantitatif untuk mendapatkan data sebanyak mungkin dengan mudah, efisien, dan perhitungan.

Kualitas, disisi lain, lebih mementingkan mutu data yang dapat diambil dari populasi dibandingkan jumlahnya. Walau fundamental dari psikologi adalah riset kuantitatif, hal tersebut tidak bisa dimulai tanpa adanya riset kualitatif. Howitt & Cramer (2011) menjelaskan bahwa riset kualitatif layaknya sebuah pendahuluan dari proses riset. Layaknya ilmu biologi, kimia dan fisika, jika dilihat jejak awalnya semua bermula dari observasi. Jika riset kuantitatif percaya bahwa dengan angka dan analisa kita dapat mendapatkan kebenaran, riset kualitatif melihat kalau metode tersebut terlalu menyederhanakan interaksi manusia yang sangat kompleks ke dalam sebuah grafik statistik yang tidak bisa menjelaskan “kekayaan” dari informasi dan data yang datang dari interaksi manusia (Howitt & Cramer, 2011). Riset kuantitatif dikarakteristikan dengan perspektif riset dimana realita itu “relatif” dari setiap orang karena setiap orang memiliki hidup yang unik membuat analisa data perlu dilakukan lewat interaksi manusia untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda dan mendalam dan mengambil deskripsi data yang kaya dan detail sambil melihat keunikan dari setiap orang-orang (Howitt & Cramer, 2011). Maka dari itu, wawancara menjadi metode utama dalam pelaksanaan riset.

Bisa dilihat, kedua jenis riset saling berkaitan satu sama lain. Namun banyak ilmuwan memperdebatkan satu pertanyaan: Mana yang paling baik? Kuantitatif yang penuh data dan analisa yang dapat memprediksi masa depan? Atau kualitatif yang dapat mengekstrak seluruh detail dari informasi yang dapat menjelaskan sebuah fenomena sampai hal-hal terkecil? Jawabannya: keduanya. Membandingkan kedua tipe riset ini seperti membandingkan apel dengan jeruk. Keduanya memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing yang dapat melengkapi satu sama lain. Banyak ilmuwan di komunitas psikologi lebih menyukai satu dibanding yang lain, namun sebenarnya diperlukan keseimbangan antara kedua hal tersebut. Pengertian akan hal inilah yang membuat peneliti psikologi yang baik dan yang hebat berbeda.

 

References:

  • Howitt, D., & Cramer, D. (2016). Introduction to research methods in psychology. Pearson. 
  • Ghanad, A. (2023). An overview of quantitative research methods. INTERNATIONAL JOURNAL OF MULTIDISCIPLINARY RESEARCH AND ANALYSIS, 06(08). https://doi.org/10.47191/ijmra/v6-i8-52

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top